Sabtu, 29 April 2017

CAKAP




CAKAP (CANGKULAN KARTU PECAHAN)

SEBUAH INOVASI MEDIA PEMBELAJARAN MEMBANDINGKAN

PECAHAN SEDERHANA UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR



Oleh : Oktoriyadi, S.Pd
Guru Sekolah Dasar Negeri 10 Sengkuang Kuning
Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat

ABSTRAK : CAKAP (Cangkulan Kartu Pecahan) merupakan sebuah alat bantu ajar berupa kartu seukuran tangan dengan masing-masing kartu terdiri atas lambang pecahan sederhana dan bangun datar berwarna yang menunjukkan lambang pecahan pada setiap kartu tersebut. Berdasarkan hasil aplikasi praktis CAKAP dalam pembelajaran matematika diperoleh kebermanfaatannya yaitudapat mengkondisikan pembelajaran menjadi menyenangkan sehingga peserta didik memiliki motivasi dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaranserta membantu pencapaian ketuntasan hasil belajar peserta didik yang memuaskan yaitu 100 % peserta didik tuntas sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik mencapai95,00 dari6 orang jumlah peserta didik kelas III SDN 10 Sengkuang Kuning tahun pelajaran 2015-2016.Nilai rata-rata tersebut dapat diinterprestasi pada tolak ukur penilaian termasuk dalam kategori “Baik Sekali”.
Kata Kunci : CAKAP, Media Pembelajaran, Membandingkan Pecahan Sederhana



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang


Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat penting dalam pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia agar menjadi manusia seutuhnya. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Pasal 3 Tahun 2003, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah ataupun di masyarakat. Pelaksanaan kegiatan pendidikan di lingkungan sekolah dilakukan melalui kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran di sekolah dasar mencakup beberapa mata pelajaran, diantaranya adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hal ini berdasarkan BSNP (2006) : “Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini”. Untuk itu pembelajaran matematika telah dipelajari pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar.
Sekolah Dasar Negeri 10 Sengkuang Kuning merupakan salah satu jenjang pendidikan dasar yang terletak di pedalaman uncak kapuas tepatnya di Dusun Sengkuang Kuning Desa Belatung Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat. SDN 10 Sengkuang Kuning hanya terdiri atas 3 jenjang kelas saja yaitu kelas I, kelas II dan kelas III. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.
Berdasarkan refleksi diri guru yang melaksanakan pembelajaran matematika di kelas III SDN 10 Sengkuang Kuning bahwa pada materi membandingkan pecahan sederhana, selalu membelajarkannya secara konvensional dengan menggunakan metode ceramah bervariasi penjelasan singkat membandingkan pecahan berdasarkan materi pada buku paket kemudian dilanjutkan dengan penugasan latihan serta tidak menggunakan alat bantu ajar yang interaktif dalam menstranfer konsep perbandingan pecahan sederhana sehingga materi tersebut menjadi materi pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan bagi peserta didik.
Proses pembelajaran tersebut tidak sesuai dengan karakteristik dan tahap perkemangan kognitif peserta didik kelas III sekolah dasar yang termasuk kelompok kelas rendah sekolah dasar yaitu kira-kira dari umur 6/7 tahun sampai 9/10 tahun. Sesuai dengan teori kognitif dari Piaget (dalam Dahar, 2011: 136-139) bahwa peserta didik sekolah dasar pada umumnya berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret (7 – 11 tahun). Operasional konkret ini merupakan kondisi dimana anak berpikir secara logis terhadap konsep tertentu (aktivitas mental) yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa nyata. Karakteristik lainnya anak usia sekolah dasar kelas rendah menurut Bassett, Jacka, dan Logan (dalam Sumantri dan Permana,2001:11) adalah senang bermain dan lebih suka bergembira/riang. Oleh karena itu, pembelajaran matematika seharusnya dikondisikan berdasarkan karakteristik peserta didik sehingga tujuan pembelajarannya tercapai dan proses pembelajaran pun menjadi menyenangkan.
Materi pelajaran membandingkan pecahan sederhana pada prinsipnya merupakan materi baru bagi peserta didik di kelas III SD sehingga diperlukan sebuah alat bantu ajar untuk membantu peserta didik memahami konsep materi tersebut, serta menjadikan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Salah satu cara menjadikan pembelajaran matematika sesuai karakteristik siswa pada materi membandingkan pecahan sederhana adalah melalui metode belajar sambil bermain dengan menggunakan media pembelajaran inovatif cangkulan kartu pecahan (CAKAP).
CAKAP merupakan alat permainan edukatif berupa kartu seukuran tangan dengan masing-masing kartu terdiri atas lambang pecahan sederhana dan bangun datar berwarna yang menunjukkan lambang pecahan pada setiap kartu tersebut. Media pembelajaran CAKAP ini memilki keunggulan yaitu menampilkan konsep pecahan sederhana secara konkret melalui gambar bangun datar yang diwarnai berdasarkan bagiannya yang menunjukkan lambang pecahan pada setiap kartu tersebut. Pemanfaatan media pembelajaran CAKAP dalam proses pembelajaran matematika membandingkan pecahan sederhana diterapkan melalui permainan yang memodifikasi model permainan cangkulan remi. Permainan cangkulan kartu sangat dikenal masyarakat dusun Sengkuang Kuning sehingga prosedur dan teknik permainan ini telah dikuasai peserta didik. Hal ini dapat mendukung penggunaan media pembelajaran CAKAP dalam pembelajaran matematika di kelas III Sekolah Dasar Negeri 10 Sengkuang Kuning.
A.  Rumusan Masalah
Hasil refleksi diri dan observasi pada saat proses pembelajaran pecahan sederhana di kelas III SDN 10 Sengkuang Kuning dapat diidentifikasi permasalahan pembelajaran yang menjadi faktor ketidaktercapaian tujuan pembelajaran secara memuaskan yaitu :
1.    Proses pembelajaran dilaksanakan secara konvesional dengan mengandalkan metode latihan soal dan penugasan.
2.    Guru tidak menggunakan alat bantu ajar yang interaktif dalam proses pembelajaran tetapi hanya menjadikan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar.
3.    Kondisi psikologis dan emosional peserta didik mengalami gangguan, hal ini tampak pada kurangnya semangat peserta didik mengikuti aktivitas pembelajaran.
4.    Proses pembelajaran tampak pasif dan cenderung menoton sehingga pembelajaran menjadi membosankan baik bagi peserta didik maupun bagi guru.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka perlu dicarikan alternatif bagi pemecahan segala permasalahan tersebut di atas. Ada banyak inovasi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mendorong terciptanya pembelajaran yang berkualitas yang berangkat dari pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Diantaranya adalah pemanfaatan kartu bergambar yang dapat dikondisikan sedemikian rupa sehingga terciptalah sebuah pembelajaran dalam bentuk belajar sambil bermain yang disebut cangkulan kartu pecahan (CAKAP) sebagai media pembelajaran matematika konkret pada konsep membandingkan pecahan sederhana yang mengasyikkan bagi para siswa.
B.  Tujuan
Adapun tujuan penggunaan media pembelajaran matematika CAKAP pada konsep membandingkan pecahan sederhana di kelas III sekolah dasar sebagai berikut :
1.    Membantu penguasaan materi ajar membandingkan pecahan sederhana.
2.    Mengkondisikan pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik memiliki motivasi dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
3.    Menciptakan persaingan yang sehat antar peserta didik dalam sebuah kompetisi permainan dengan CAKAP.
4.    Memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh peserta didik untuk aktif dan kreatif, bertanggung jawab, serta berpikir cepat dalam mengambil keputusan.
5.    Membantu pencapaian ketuntasan hasil belajar peserta didik.
C.  Manfaat
Manfaat dari inovasi media pembelajaran CAKAP jika dimanfaatkan dalam proses pembelajaran matematika khususnya pada konsep membandingkan pecahan diantaranya:
1.    Bagi peserta didik
a.       Meningkatkan motivasi, aktivitas dan ketuntasan hasil belajar peserta didik pada konsep membandingkan pecahan sederhana.
b.      Membantu mewujudkan peserta didik yang terampil dan berkarakter.
c.       Mengikuti proses pembelajaran dengan perasaan senang.
2.    Bagi Guru
a.       Dengan adanya inovasi media pembelajaran, guru memiliki pengetahuan dan keterampilan, khususnya dengan memanfaatkan media pembelajaran sederhana dalam pembelajaran di kelas.
b.      Guru dapat memanfaatkan media pembelajaran alternatif dalam membelajarkan konsep membandingkan pecahan.
c.       Guru dapat  mencari pemecahan masalah pembelajaran yang ada di kelas.
3.    Bagi Sekolah
a.       Meningkatkan jumlah media pembelajaran di sekolah yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan.
b.      Sekolah akan sangat diuntungkan dengan adanya perbaikan pembelajaran oleh guru melalui Inovasi Pembelajaran.
c.       Dengan adanya pembelajaran yang inovatif akan meningkatkan hasil belajar yang baik sehingga dapat  mempengaruhi prestasi sekolah secara umum.
D.  Dampak
Dampak yang dapat dipetik dari implementasi hasil karya inovasi pembelajaran Cangkulan Kartu Pecahan (CAKAP) antara lain:
1.    Tujuan pembelajaran membandingkan pecahan sederhana tercapai
2.    Terciptanya motivasi belajar peserta didik
3.    Terwujudnya peserta didik yang berkarakter (jujur, bertanggung jawab, berdaya saing yang sehat dan cerdas dalam mengambil keputusan).
BAB II
LANDASAN TEORI
A.  Media Pembelajaran
1.      Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu media dan pembelajaran. Istilah media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Sedangkan Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran, M. Djauhar Siddiq,dkk. (2008:1_9) menyatakan “Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu.”. Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan (guru) kepada penerima pesan (peserta didik) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran di kelas rendah sekolah dasar kehadiran guru  merupakan komponen penting dalam aktivitas pembelajaran yang pada dasarnya merupakan terdapat proses komunikasi. Guru memiliki banyak peran dalam proses komunikasi tersebut, termasuk diantaranya guru bertindak sebagai komunikator atau informatory yang bertugas menyampaikan pesan pendidikan kepada penerima pesan yaitu peserta didik. Guru sebagai informatory harus berusaha menginformasikan materi/pesan pembelajaran secara jelas dan mudah diterima oleh siswa. Ini berarti guru harus menyiapkan bahan pembelajaran seperti alat peraga dan media pembelajaran yang dapat membantunya dalam menyajikan pesan pembelajaran dengan media (alat perantara penyampaian pesan) ini pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Penggunaan media pembelajaran mempertimbangkan keterbatasan guru, yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar.
2.      Fungsi Media Pembelajaran
M. Djauhar Siddiq,dkk. (2008:1_9) mengidentifikasikan beberapa fungsi dari media pembelajaran dalam proses komunikasi pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
1)        Berperan sebagai komponen yang membantu mempermudah/memperjelas materi atau pesan pembelajaran dalam proses pembelajaran.
2)        Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik
3)        Membuat pembelajaran lebih realistis/objektif
4)        Menjangkau sasaran yang luas
5)        Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, karena dapat meampilkan pesan yang berada di luar ruang kelas dan dapat menampilkan informasi yang terjadi pada masa lalu, mungkin juga masa yang akan datang.
6)        Mangatasi informasi yang bersifat membahayakan, gerakan rumit, objek yang sangat besar dan sangat kecil, semua dapat disajikan menggunakan media yang telah dimodifikasi.
7)        Menghilangkan verbalisme yang hanya bersifat kata-kata.
3.      Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dapat digunakan guru banyak jenisnya. Rudi & Breatz (dalam Trianto 2010: 201) mengklasifikasikan media kedalam tujuh komponen media, yaitu: a) media audio visual gerak, b) media audio visul diam, c) media audio semi gerak, d) media visual gerak, e) media visual diam, f) media audio, dan g) media cetak. Menurut Rayandra Asyhar (2012: 44) ada empat jenis media pembelajaran, yaitu: a) Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata-mata dari peserta didik, misalnya: media visual non proyeksi (benda realita, model protetif, dan grafis), dan media proyeksi (power point, paint dan auto cad), b) Media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya mengandalkan indera pendengaran siswa, misalnya: radio, pita kaset suara, dan piringan hitam, c) Media audio-visual, yaitu jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan, misalnya: video kaset dan film bingkai, d) Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secra terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran, misalnya: TV dan power point. 
Dari beberapa pendapat para ahli tentang klasifikasi media pembelajaran di atas di atas, dapat disimpulkan secara umum media pembelajaran terdiri dari:  1). Media Visual : yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti : foto, gambar, poster, kartun, grafik dll.  2) Media Audio : media yang hanya dapat didengar saja, seperti : kaset audio, mp3, radio. 3) Media Audio Visual : media yang dapat didengar sekaligus dilihat, seperti : film bersuara, video, televise, sound slide. 4) Multimedia : media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap, seperti : animasi. Multimedia sering diidentikan dengan komputer, internet dan pembelajaran berbasis komputer. 5) Media Realita : yaitu media nyata yang ada di lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti : binatang, spesimen, herbarium dll. Jenis-jenis media yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sangatlah beragam. Guru dapat mempergunakan media tersebut sesuai dengan kebutuhannya.




B.  Pecahan sederhana
1.    Pengertian Pecahan
Kennedy (dalam Sukayati 2003:1) makna dari pecahan dapat muncul dari situasi-situasi sebagai berikut.
a)    Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh atau keseluruhan
Pecahan biasa dapat digunakan untuk menyatakan makna dari setiap bagian dari yang utuh. Apabila ibu mempunyai sebuah roti yang akan diberikan kepada 4 orang anggota keluarganya, dan masing-masing harus mendapat bagian yang sama, maka masing-masing anggota keluarga akan memperoleh 1/4 bagian dari keseluruhan cake itu. Pecahan biasa 1/4 mewakili ukuran dari masing-masing potongan. Bagian-bagian dari sebuah pecahan biasa menunjukkan hakikat situasi dimana lambang bilangan tersebut muncul. Dalam lambang bilangan 1/4, ”4” menunjukkan banyaknya bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan (utuh) dan disebut ”penyebut”. Sedangkan ”1” menunjukkan banyaknya bagian yang menjadi perhatian pada saat tertentu dan disebut pembilang.
b)   Pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan sama banyak, atau juga menyatakan pembagian.
Apabila sekumpulan obyek dikelompokkan menjadi bagian yang beranggotakan sama banyak, maka situasinya jelas dihubungkan dengan pembagian. Situasi dimana sekumpulan obyek yang beranggotakan 12, dibagi menjadi 2 kelompok yang beranggotakan sama banyak, maka kalimat matematikanya dapat 12 : 2 = 6 atau 1/2 x 12 = 6. Sehingga untuk mendapatkan 1/2 dari 12, maka anak harus memikirkan 12 obyek yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yang beranggotakan sama. Banyaknya anggota masing-masing kelompok terkait dengan banyaknya obyek semula, yakni 1/2 dari banyaknya obyek semula. Demikian juga bila sehelai kain yang panjangnya 3 m akan dipotong menjadi 4 bagian yang berukuran sama, mengilustrasikan situasi yang akan menuntun ke kalimat pecahan yaitu 3:4 atau 3/4.
c)      Pecahan sebagai perbandingan (rasio)
Hubungan antara sepasang bilangan sering dinyatakan sebagai sebuah perbandingan. Berikut diberikan contoh-contoh situasi yang biasa memunculkan rasio.
1)   Dalam kelompok 10 buku terdapat 3 buku yang bersampul biru. Rasio buku yang bersampul biru terhadap keseluruhan buku adalah 3 : 10 atau buku yang bersampul biru 3/10 dari keseluruhan buku.
2)   Sebuah tali A panjangnya 10 m dibandingkan dengan tali B yang panjangnya 30 m. Rasio panjang tali A terhadap panjang tali B tersebut adalah 10 : 30 atau 10/30 atau panjang tali A ada 1/3 dari panjang tali B.
Dari ketiga situasi tersebut semuanya dikenalkan kepada siswa sekolah dasar, dengan urutan kelas yang berbeda. Untuk tahap pertama konsep pecahan dikenalkan dengan memunculkan situasi yang pertama yaitu pecahan sebagai bagian dari yang utuh yaitu di kelas III untuk kurikulum KTSP 2006.
2.      Konsep Pecahan Sederhana
Pecahan yang dipelajari siswa kelas III SD sesuai kurikulum KTSP 2006 adalah pecahan sederhana yaitu pecahan biasa setengah, sepertiga, seperempat, seperlima, dan pecahan biasa sederhana lainnya. Menurut Sukayati (2003:3) kegiatan mengenal konsep pecahan akan lebih berarti bila didahului dengan soal cerita yang menggunakan obyek-obyek nyata misalnya buah : apel, sawo, tomat, atau kue: cake, apem, dan lain-lain. Peraga selanjutnya dapat berupa daerah-daerah bangun datar beraturan misalnya persegi, persegi panjang, atau lingkaran yang akan sangat membantu dalam memperagakan konsep pecahan.
Pecahan dapat diperagakan dengan cara melipat kertas berbentuk lingkaran atau persegi, sehingga lipatannya tepat menutupi satu sama lain. Selanjutnya bagian yang dilipat dibuka dan diwarnai sesuai bagian yang dikehendaki, sehingga akan didapatkan gambar daerah yang diwarnai seperti berikut.
Selengkapnya Download



0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html