CAKAP (CANGKULAN KARTU PECAHAN)
SEBUAH INOVASI MEDIA PEMBELAJARAN MEMBANDINGKAN
PECAHAN SEDERHANA UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR
Oleh : Oktoriyadi, S.Pd
Guru Sekolah Dasar Negeri 10 Sengkuang Kuning
Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat
ABSTRAK : CAKAP (Cangkulan Kartu Pecahan) merupakan sebuah alat bantu ajar berupa kartu seukuran tangan dengan masing-masing kartu terdiri atas lambang pecahan sederhana dan bangun datar berwarna yang menunjukkan lambang pecahan pada setiap kartu tersebut. Berdasarkan hasil aplikasi praktis CAKAP dalam pembelajaran matematika diperoleh kebermanfaatannya yaitudapat mengkondisikan pembelajaran menjadi menyenangkan sehingga peserta didik memiliki motivasi dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaranserta membantu pencapaian ketuntasan hasil belajar peserta didik yang memuaskan yaitu 100 % peserta didik tuntas sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik mencapai95,00 dari6 orang jumlah peserta didik kelas III SDN 10 Sengkuang Kuning tahun pelajaran 2015-2016.Nilai rata-rata tersebut dapat diinterprestasi pada tolak ukur penilaian termasuk dalam kategori “Baik Sekali”.
Kata Kunci : CAKAP, Media Pembelajaran, Membandingkan Pecahan Sederhana
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana dan wahana
yang sangat penting dalam pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia agar
menjadi manusia seutuhnya. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
yang berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Pasal 3 Tahun
2003, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat
dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah ataupun di masyarakat. Pelaksanaan
kegiatan pendidikan di lingkungan sekolah dilakukan melalui kegiatan
pembelajaran.
Pembelajaran di sekolah dasar mencakup
beberapa mata pelajaran, diantaranya adalah matematika. Pembelajaran matematika
di sekolah dasar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hal ini berdasarkan BSNP
(2006) : “Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan
daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori
bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk
menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika
yang kuat sejak dini”. Untuk itu pembelajaran matematika telah dipelajari pada
jenjang pendidikan Sekolah Dasar.
Sekolah Dasar Negeri 10 Sengkuang Kuning
merupakan salah satu jenjang pendidikan dasar yang terletak di pedalaman uncak
kapuas tepatnya di Dusun Sengkuang Kuning Desa Belatung Kecamatan Embaloh Hilir
Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat. SDN 10 Sengkuang Kuning hanya
terdiri atas 3 jenjang kelas saja yaitu kelas I, kelas II dan kelas III.
Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2006.
Berdasarkan refleksi diri guru yang
melaksanakan pembelajaran matematika di kelas III SDN 10 Sengkuang Kuning bahwa
pada materi membandingkan pecahan sederhana, selalu membelajarkannya secara
konvensional dengan menggunakan metode ceramah bervariasi penjelasan singkat
membandingkan pecahan berdasarkan materi pada buku paket kemudian dilanjutkan
dengan penugasan latihan serta tidak menggunakan alat bantu ajar yang
interaktif dalam menstranfer konsep perbandingan pecahan sederhana sehingga
materi tersebut menjadi materi pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan bagi
peserta didik.
Proses pembelajaran tersebut tidak
sesuai dengan karakteristik dan tahap perkemangan kognitif peserta didik kelas
III sekolah dasar yang termasuk kelompok kelas rendah sekolah dasar yaitu
kira-kira dari umur 6/7 tahun sampai 9/10 tahun. Sesuai dengan teori kognitif
dari Piaget (dalam Dahar, 2011: 136-139) bahwa peserta
didik sekolah dasar pada umumnya berada pada tahap perkembangan kognitif operasional
konkret (7 – 11 tahun). Operasional konkret ini merupakan kondisi dimana anak
berpikir secara logis terhadap konsep tertentu (aktivitas mental) yang
difokuskan pada objek-objek dan peristiwa nyata. Karakteristik lainnya anak
usia sekolah dasar kelas rendah menurut Bassett, Jacka, dan Logan (dalam
Sumantri dan Permana,2001:11) adalah senang bermain dan lebih suka
bergembira/riang. Oleh karena itu, pembelajaran matematika seharusnya
dikondisikan berdasarkan karakteristik peserta didik sehingga tujuan
pembelajarannya tercapai dan proses pembelajaran pun menjadi menyenangkan.
Materi pelajaran membandingkan pecahan
sederhana pada prinsipnya merupakan materi baru bagi peserta didik di kelas III
SD sehingga diperlukan sebuah alat bantu ajar untuk membantu peserta didik
memahami konsep materi tersebut, serta menjadikan pembelajaran yang
menyenangkan bagi peserta didik. Salah satu cara menjadikan pembelajaran
matematika sesuai karakteristik siswa pada materi membandingkan pecahan sederhana
adalah melalui metode belajar sambil bermain dengan menggunakan media
pembelajaran inovatif cangkulan kartu pecahan (CAKAP).
CAKAP merupakan alat permainan edukatif berupa kartu
seukuran tangan dengan masing-masing kartu terdiri atas lambang pecahan
sederhana dan bangun datar berwarna yang menunjukkan lambang pecahan pada
setiap kartu tersebut. Media pembelajaran CAKAP ini memilki keunggulan yaitu
menampilkan konsep pecahan sederhana secara konkret melalui gambar bangun datar
yang diwarnai berdasarkan bagiannya yang menunjukkan lambang pecahan pada
setiap kartu tersebut. Pemanfaatan media pembelajaran CAKAP dalam proses
pembelajaran matematika membandingkan pecahan sederhana diterapkan melalui
permainan yang memodifikasi model permainan cangkulan remi. Permainan cangkulan
kartu sangat dikenal masyarakat dusun Sengkuang Kuning sehingga prosedur dan
teknik permainan ini telah dikuasai peserta didik. Hal ini dapat mendukung
penggunaan media pembelajaran CAKAP dalam pembelajaran matematika di kelas III
Sekolah Dasar Negeri 10 Sengkuang Kuning.
A. Rumusan Masalah
Hasil
refleksi diri dan observasi pada saat proses pembelajaran pecahan sederhana di
kelas III SDN 10 Sengkuang Kuning dapat diidentifikasi permasalahan
pembelajaran yang menjadi faktor ketidaktercapaian tujuan pembelajaran secara
memuaskan yaitu :
1. Proses
pembelajaran dilaksanakan secara konvesional dengan mengandalkan metode latihan
soal dan penugasan.
2. Guru
tidak menggunakan alat bantu ajar yang interaktif dalam proses pembelajaran
tetapi hanya menjadikan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar.
3. Kondisi
psikologis dan emosional peserta didik mengalami gangguan, hal ini tampak pada
kurangnya semangat peserta didik mengikuti aktivitas pembelajaran.
4. Proses
pembelajaran tampak pasif dan cenderung menoton sehingga pembelajaran menjadi
membosankan baik bagi peserta didik maupun bagi guru.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah
diuraikan di atas, maka perlu dicarikan alternatif bagi pemecahan segala
permasalahan tersebut di atas. Ada banyak inovasi pembelajaran yang dapat
diterapkan untuk mendorong terciptanya pembelajaran yang berkualitas yang
berangkat dari pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Diantaranya
adalah pemanfaatan kartu bergambar yang dapat dikondisikan sedemikian rupa
sehingga terciptalah sebuah pembelajaran dalam bentuk belajar sambil bermain yang
disebut cangkulan kartu pecahan (CAKAP) sebagai media pembelajaran matematika konkret
pada konsep membandingkan pecahan sederhana yang mengasyikkan bagi para siswa.
B. Tujuan
Adapun
tujuan penggunaan media pembelajaran matematika CAKAP pada konsep membandingkan
pecahan sederhana di kelas III sekolah dasar sebagai berikut :
1. Membantu
penguasaan materi ajar membandingkan pecahan sederhana.
2. Mengkondisikan
pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik memiliki motivasi dan
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
3. Menciptakan
persaingan yang sehat antar peserta didik dalam sebuah kompetisi permainan
dengan CAKAP.
4. Memberikan
kesempatan yang sama kepada seluruh peserta didik untuk aktif dan kreatif,
bertanggung jawab, serta berpikir cepat dalam mengambil keputusan.
5. Membantu
pencapaian ketuntasan hasil belajar peserta didik.
C. Manfaat
Manfaat dari inovasi media pembelajaran CAKAP jika
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran matematika khususnya pada konsep
membandingkan pecahan diantaranya:
1. Bagi
peserta didik
a. Meningkatkan
motivasi, aktivitas dan ketuntasan
hasil belajar peserta didik pada konsep membandingkan pecahan sederhana.
b. Membantu
mewujudkan peserta didik yang terampil dan berkarakter.
c. Mengikuti proses pembelajaran dengan
perasaan senang.
2. Bagi
Guru
a. Dengan adanya inovasi media pembelajaran, guru memiliki pengetahuan dan keterampilan, khususnya dengan memanfaatkan
media pembelajaran sederhana
dalam pembelajaran di kelas.
b. Guru dapat memanfaatkan media pembelajaran alternatif dalam
membelajarkan konsep membandingkan pecahan.
c. Guru dapat
mencari pemecahan masalah pembelajaran yang ada di kelas.
3. Bagi
Sekolah
a. Meningkatkan
jumlah media pembelajaran di sekolah yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan.
b. Sekolah akan sangat diuntungkan dengan
adanya perbaikan pembelajaran oleh guru melalui Inovasi Pembelajaran.
c. Dengan adanya pembelajaran yang inovatif
akan meningkatkan hasil belajar yang baik sehingga
dapat mempengaruhi prestasi sekolah secara umum.
D. Dampak
Dampak yang dapat dipetik dari implementasi hasil karya
inovasi pembelajaran Cangkulan Kartu Pecahan (CAKAP) antara lain:
1.
Tujuan pembelajaran membandingkan pecahan
sederhana tercapai
2.
Terciptanya motivasi belajar peserta didik
3.
Terwujudnya peserta didik yang berkarakter (jujur,
bertanggung jawab, berdaya saing yang sehat dan cerdas dalam mengambil
keputusan).
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Media Pembelajaran
1.
Pengertian
Media Pembelajaran
Media pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu media dan
pembelajaran. Istilah media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara"
yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a
receiver). Sedangkan Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari
istilah pengajaran, M. Djauhar Siddiq,dkk. (2008:1_9) menyatakan “Pembelajaran
adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk
membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah),
pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan
tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu.”. Jadi media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari
pengirim pesan (guru) kepada penerima pesan (peserta didik) sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan
pembelajaran.
Dalam pembelajaran di kelas rendah sekolah dasar kehadiran
guru merupakan komponen penting dalam aktivitas
pembelajaran yang pada dasarnya merupakan terdapat proses komunikasi. Guru
memiliki banyak peran dalam proses komunikasi tersebut, termasuk diantaranya
guru bertindak sebagai komunikator atau informatory yang bertugas menyampaikan
pesan pendidikan kepada penerima pesan yaitu peserta didik. Guru sebagai
informatory harus berusaha menginformasikan materi/pesan pembelajaran secara
jelas dan mudah diterima oleh siswa. Ini berarti guru harus menyiapkan bahan
pembelajaran seperti alat peraga dan media pembelajaran yang dapat membantunya
dalam menyajikan pesan pembelajaran dengan media (alat perantara penyampaian
pesan) ini pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Penggunaan media
pembelajaran mempertimbangkan keterbatasan guru, yang tidak mungkin menjadi
satu-satunya sumber belajar.
2.
Fungsi
Media Pembelajaran
M. Djauhar Siddiq,dkk. (2008:1_9) mengidentifikasikan
beberapa fungsi dari media pembelajaran dalam proses komunikasi pembelajaran
diantaranya sebagai berikut:
1)
Berperan sebagai komponen yang membantu
mempermudah/memperjelas materi atau pesan pembelajaran dalam proses
pembelajaran.
2)
Membuat pembelajaran menjadi lebih
menarik
3)
Membuat pembelajaran lebih
realistis/objektif
4)
Menjangkau sasaran yang luas
5)
Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu,
karena dapat meampilkan pesan yang berada di luar ruang kelas dan dapat
menampilkan informasi yang terjadi pada masa lalu, mungkin juga masa yang akan
datang.
6)
Mangatasi informasi yang bersifat
membahayakan, gerakan rumit, objek yang sangat besar dan sangat kecil, semua
dapat disajikan menggunakan media yang telah dimodifikasi.
7)
Menghilangkan verbalisme yang hanya bersifat
kata-kata.
3.
Jenis-jenis
Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dapat digunakan guru banyak
jenisnya. Rudi & Breatz (dalam Trianto 2010: 201) mengklasifikasikan media
kedalam tujuh komponen media, yaitu: a) media audio visual gerak, b) media
audio visul diam, c) media audio semi gerak, d) media visual gerak, e) media
visual diam, f) media audio, dan g) media cetak. Menurut Rayandra
Asyhar (2012: 44) ada empat jenis media pembelajaran, yaitu: a) Media visual,
yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan
semata-mata dari peserta didik, misalnya: media visual non proyeksi (benda
realita, model protetif, dan grafis), dan media proyeksi (power point, paint
dan auto cad), b) Media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan hanya mengandalkan indera pendengaran siswa, misalnya:
radio, pita kaset suara, dan piringan hitam, c) Media audio-visual, yaitu jenis
media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran
dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan, misalnya: video
kaset dan film bingkai, d) Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa
jenis media dan peralatan secra terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan
pembelajaran, misalnya: TV dan power point.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang klasifikasi
media pembelajaran di atas di atas, dapat disimpulkan secara umum media
pembelajaran terdiri dari: 1). Media
Visual : yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti : foto, gambar, poster,
kartun, grafik dll. 2) Media Audio : media yang hanya dapat didengar
saja, seperti : kaset audio, mp3, radio. 3) Media Audio Visual : media
yang dapat didengar sekaligus dilihat, seperti : film bersuara, video,
televise, sound slide. 4) Multimedia : media yang dapat menyajikan unsur
media secara lengkap, seperti : animasi. Multimedia sering diidentikan dengan
komputer, internet dan pembelajaran berbasis komputer. 5) Media Realita : yaitu
media nyata yang ada di lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup
maupun sudah diawetkan, seperti : binatang, spesimen, herbarium dll.
Jenis-jenis media yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sangatlah
beragam. Guru dapat mempergunakan media tersebut sesuai dengan
kebutuhannya.
B. Pecahan sederhana
1.
Pengertian
Pecahan
Kennedy (dalam
Sukayati 2003:1) makna dari pecahan dapat muncul dari situasi-situasi sebagai
berikut.
a) Pecahan sebagai
bagian yang berukuran sama dari yang utuh atau keseluruhan
Pecahan
biasa dapat digunakan untuk menyatakan makna dari setiap bagian dari yang utuh.
Apabila ibu mempunyai sebuah roti yang akan diberikan kepada 4 orang anggota
keluarganya, dan masing-masing harus mendapat bagian yang sama, maka
masing-masing anggota keluarga akan memperoleh 1/4 bagian dari keseluruhan cake itu. Pecahan
biasa 1/4 mewakili ukuran dari masing-masing potongan.
Bagian-bagian dari sebuah pecahan biasa menunjukkan hakikat situasi dimana
lambang bilangan tersebut muncul. Dalam lambang bilangan 1/4, ”4”
menunjukkan banyaknya bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan (utuh) dan
disebut ”penyebut”. Sedangkan ”1” menunjukkan banyaknya bagian yang menjadi
perhatian pada saat tertentu dan disebut pembilang.
b) Pecahan
sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan sama banyak, atau juga
menyatakan pembagian.
Apabila sekumpulan obyek dikelompokkan
menjadi bagian yang beranggotakan sama banyak, maka situasinya jelas
dihubungkan dengan pembagian. Situasi dimana sekumpulan obyek yang
beranggotakan 12, dibagi menjadi 2 kelompok yang beranggotakan sama banyak, maka
kalimat matematikanya dapat 12 : 2 = 6 atau 1/2 x 12 = 6.
Sehingga untuk mendapatkan 1/2 dari 12,
maka anak harus memikirkan 12 obyek yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yang
beranggotakan sama. Banyaknya anggota masing-masing kelompok terkait dengan
banyaknya obyek semula, yakni 1/2 dari
banyaknya obyek semula. Demikian juga bila sehelai kain yang panjangnya 3 m
akan dipotong menjadi 4 bagian yang berukuran sama, mengilustrasikan situasi
yang akan menuntun ke kalimat pecahan yaitu 3:4 atau 3/4.
c)
Pecahan sebagai perbandingan (rasio)
Hubungan antara sepasang bilangan sering
dinyatakan sebagai sebuah perbandingan. Berikut diberikan contoh-contoh situasi
yang biasa memunculkan rasio.
1) Dalam kelompok 10 buku terdapat 3 buku yang bersampul biru. Rasio
buku yang bersampul biru terhadap keseluruhan buku adalah 3 : 10 atau buku yang
bersampul biru 3/10 dari keseluruhan buku.
2) Sebuah tali A panjangnya 10 m dibandingkan dengan tali B yang
panjangnya 30 m. Rasio panjang tali A terhadap panjang tali B tersebut adalah
10 : 30 atau 10/30 atau panjang tali A ada 1/3 dari panjang tali B.
Dari
ketiga situasi tersebut semuanya dikenalkan kepada siswa sekolah dasar, dengan
urutan kelas yang berbeda. Untuk tahap pertama konsep pecahan dikenalkan dengan
memunculkan situasi yang pertama yaitu pecahan sebagai bagian dari yang utuh
yaitu di kelas III untuk kurikulum KTSP 2006.
2.
Konsep
Pecahan Sederhana
Pecahan yang dipelajari siswa kelas III SD sesuai kurikulum
KTSP 2006 adalah pecahan sederhana yaitu pecahan biasa setengah, sepertiga,
seperempat, seperlima, dan pecahan biasa sederhana lainnya. Menurut Sukayati
(2003:3) kegiatan mengenal konsep pecahan akan lebih berarti bila didahului
dengan soal cerita yang menggunakan obyek-obyek nyata misalnya buah : apel,
sawo, tomat, atau kue: cake, apem, dan lain-lain. Peraga selanjutnya dapat
berupa daerah-daerah bangun datar beraturan misalnya persegi, persegi panjang,
atau lingkaran yang akan sangat membantu dalam memperagakan konsep pecahan.
Pecahan dapat diperagakan dengan cara melipat kertas
berbentuk lingkaran atau persegi, sehingga lipatannya tepat menutupi satu sama
lain. Selanjutnya bagian yang dilipat dibuka dan diwarnai sesuai bagian yang
dikehendaki, sehingga akan didapatkan gambar daerah yang diwarnai seperti berikut.
Selengkapnya Download
0 komentar:
Posting Komentar